Skip to main content

LAPORAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN


I.        PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Air tanah sebagai salah satu sumber daya air selain sungai dan air hujan, memiliki peran penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan air untuk kepentingan rumah tangga dan industri. Berbagai usaha yang dilakukan untuk mendapatkan air tanah, salah satunya dengan membuat sumur.
Air tanah tidak dapat secara langsung diamati melalui permukaan bumi. Oleh karena itu, penyelidikan permukaan tanah merupakan awal penyelidikan yang cukup penting karena dapat memberikan suatu gambaran mengenai lokasi keberadaan air tanah tersebut. Kegiatan penyelidikan melalui permukaan tanah atau bawah tanah haruslah dilakukan, agar dapat diketahui ada atau tidaknya lapisan pembawa air (akuifer), ketebalan dan kedalamannya.
Salah satu metode penyelidikan permukaan tanah adalah metode geolistrik. Metode geolistrik dapat memberi gambaran mengenai lapisan tanah di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan kandungan mineral pada kedalaman tertentu. Metode geolistrik didasarkan pada material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik.
Metode geolistrik menggunakan peralatan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Pemahaman mengenai alat geolistrik diperlukan agar dapat memahami prinsip metode geolistrik dan pengolahan data yang didapatkan pada saat pengukuran agar memperoleh informasi berupa lapisan-lapisan tanah. Oleh karena itu praktikum “Geolistrik” dilakukan agar dapat mengetahui fungsi alat geolistrik serta mendeteksi material dalam tanah.
1.2    Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum geolistirik yaitu  mengenal dan mengetahui fungsi alat geolistrik dan  mengetahui metode untuk mendeteksi material dalam tanah dengan menggunakan energi listrik.
Kegunaan dari praktikum geolistrik adalah sebagai sumber data mengenai material yang dikandung dalam tanah di suatu daerah yang dapat digunakan dalam penentuan lokasi budidaya yang baik untuk jenis tanaman tertentu.
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Air Tanah dan Sifat Listrik Batuan
Air tanah merupakan salah satu sumber akan kebutuhan air bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Usaha memanfaatkan dan mengembangkan air tanah telah dilakukan sejak jaman kuno. Dimulai menggunakan timba yang ujungnya diikat pada bambu kemudian dilengkapi dengan pemberat (sistem pegas), kemudian berkembang dengan menggunakan teknologi canggih dengan cara mengebor sumur dalam sampai kedalaman 200 meter (Halik, 2008).
Menurut Nadliroh (2013), aliran arus listrik dalam batuan dan mineral digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.     Konduksi secara elektronik 
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik  batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut  menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada  faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.
2.     Konduksi secara elektrolitik
Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas  dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.
3.     Konduksi secara dielektrik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali.
2.2    Geolistrik
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (direct current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Pendugaan geolistrik ini didasarkan pada kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Air tanah mempunyai tahanan jenis yang lebih rendah daripada batuan mineral (Halik, 2008).
Geolistrik mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di dalam bumi dan bagaiman cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metode geolistrik, antara lain: metode potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, induced polarization, resistivitas (tahanan jenis) dan lain-lain. (Setiawan 2014).
2.3 Metode Geolistrik
Metode geolistrik atau sering disebut sebagai metode tahanan jenis, merupakan salah satu metode geofisika yang dilakukan untuk mengetahui jenis bahan penyusun batuan berdasarkan pengukuran sifat-sifat kelistrikan batuan. Dalam operasionalnya, metode ini digunakan untuk mengetahui dan mengerti hubungan antara besaran yang terukur dengan parameter-parameter yang mendefinisikan stratifikasi tahanan jenis di bawah permukaan (Bahar 2012).
Menurut Hutagulung (2015), berdasarkan asal sumber arus listrik yang digunakan, metode resistivitas dapat dikelompokan kedalam dua kelompok yaitu:
a.      Metode pasif, metode ini menggunakan arus listrik alami yang terjadi di dalam tanah (batuan) yang timbul akibat adanya aktivitas elektrokimia dan elektromekanik dalam materi-materi penyusun batuan. Metode yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya potensial diri atau self potensial  dan magneto teluric.
b.     Metode aktif, metode ini bila arus listrik yang diinjeksikan (dialirkan) didalam batuan, kemudian efek potensial yang ditimbulkan arus buatan tersebut diukur di permukaan. Metode yang termasuk kedalam kelompok ini diantaranya metode resistivity dan induced polarization.
Metode yang sering digunakan untuk menduga kondisi air bawah tanah adalah metode geolistrik tahanan  jenis. Metode ini, arus listrik diinjeksi ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, kemudian mengukur nilai tegangan dengan melalui dua elektroda potensial menggunakan alat resistivity meter. Terdapat berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan keempat elektroda tersebut di atas. Aturan-aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam istilah geofisika biasa disebut dengan konfigurasi elektroda (Bahar 2012).
Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis (resistivity) dengan mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau tanah melalui elektroda arus kemudian arus diterima oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda tersebut diukur dengan voltmeter (Bahar 2012).
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas log–log yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Bahar 2012).

 

Gambar 19. Konfigurasi Geolistrik
(Sumber: Halik dan Widodo S, 2008)
Dengan memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman (jarak elektroda) pada kertas log–log yang merupakan kurva lapangan. Selanjutnya kurva lapangan tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya (Bahar 2012).
Meskipun terdapat berbagai macam jenis konfigurasi elektroda, tetapi yang sering dipergunakan adalah konfigurasi elektroda Wenner, Schlumberger, Dipole-dipole dan konfigurasi Rectangle. Konfigurasi elektroda Wenner dan Schlumberger digunakan dalam pelaksanaan di lapangan yang tidak terlalu sulit (cukup datar dan luas) dan penetrasi arus yang tidak terlalu dalam. Sedangkan untuk bentangan yang tidak merata serta penetrasi arus yang dalam maka digunakanlah konfigurasi elektroda Dipole-dipole. Konfigurasi elektroda Rectangle sangat jarang digunakan karena pengaturannya yang sulit (Bahar 2012).
Menurut Azharuddin (2013), metode geolistrik dapat dibagi menjadi:
1.       Metode Wenner
Keempat buah elektroda-nya terletak dalam satu garis dan simetris terhadap titik tengah. Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga dari jarak AB. Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap sepertiga jarak AB. Keunggulan Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunkan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Gambar 20 . Posisi elektroda pada metoda geolistrik Wenner.
(Sumber: Azharudin, 2013)
2.       Metode Schlumberger
Keunggulan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resisvitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan yang bisa berpengruh terhadap hasil perhitungan, selain itu juga dalam pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high impedance dengan akurasi tinggi yaitu yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit dibelakang koma, atau dengan cara lain, diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik  DC yang sangat tinggi.
 Gambar 21. Geolistrik Sclhumberger
(Sumber: Azharudin, 2013)
3.       Metode Dipole-dipole
Konfigurasi dipole pada prisipnya menggunakan 4 buah elektroda yatu pasangan elektroda arus (AB) yang disebut current dipole dan pasangan elektroda potensial (MN) yang disebut potensial dipole. Pada konfiguras dipole elektroda arus dan elektroda potensial bisa terletak tidak segaris dan tidak simetris. Untuk menambah kedalaman penetrasi maka jarak antara current dipole dan potensial dipole diperpanjang, sedangkan jarak elektroda arus dan jarak elektroda tegangan tetap.
 
Gambar 22. Posisi elektroda pada metoda geolistrik Dipole-dipole
(Sumber: Azharudin, 2013)
4.       Konfigurasi Pole-pole
Pengaturan letak elektroda-elektroda atau sering disebut sebagai konfigurasi elektroda dapat bermacam variasinya, salah satunya adalah konfigurasi elektroda Pole-pole. Pada konfigurasi Pole-pole, sumber arus tunggal dan potensial diukur hanya pada satu titik. Konfigurasi Pole-pole merupakan konfigurasi elektroda yang paling sering digunakan untuk survei resistivitas. Pada dasarnya konfigurasi pole-pole ini hanya memanfaatkan dua elektroda saja, yaitu elektroda arus (C1) dan elektroda lainnya berupa elektroda potensial (P1).
2.4 Resistivitas (Tahanan Jenis)
Resistivity meter merupakan alat ukur resistivitas yang digunakan pada geolistrik. Pada dasarnya alat ukur resistivitas ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian komutator dan potensiometer. Bagian komutator mengubah isyarat arus searah menjadi arus bolak-balik yang kemudian diinjeksikan ke dalam bumi. Bagian potensiometer berfungsi untuk mengukur besar potensial yang terjadi
di permukaan tanah
(Wibowo, 2015).
Resistivitas merupakan karakteristik dari suatu batuan atau bahan yang ada dipermukaan bumi, setiap jenis bahan mempunyai nilai resisitivitas yang berbeda, dimana bahan tersebut  ada yang menangkap respon listrik dengan baik, ada juga yang menangkap aliran listrik yang buruk. Konsep dasar pengukuran tahanan jenis (resistivitas) dilambangkan dengan  ρ (Azharudin, 2013).
Prinsip kerja dari resistivity meter yaitu, arus dari sumber DC dimasukkan ke dalam bagian komutator, untuk diubah menjadi arus bolak-balik dengan frekuensi yang bisa diatur. Kemudian arus ini diinjeksikan ke dalam bumi melalui elektroda-elektroda arus. Tanggapan tegangan sebagai akibat dari injeksi arus, diukur melalui elektroda potensial oleh bagian potensiometer (Wibowo, 2015).
Survei resistivitas akan memberikan gambaran tentang distribusi resistivitas bawah permukaan. Harga resistivitas tertentu akan berasosiasi dengan kondisi geologi tertentu. Untuk mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk geologi diperlukan pengetahuan tentang tipikal dari harga resistivitas untuk setiap tipe material dan struktur daerah survei. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan unsur kimia secara umum telah diperoleh melalui berbagai pengukuran dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk proses konversi. Nilai resistivitas dapat dilakukan dengan cara pencocokan atau dengan metode inversi. Pada penelitian ini dilakukan dengan metode inversi, menggunakan program IPI2win (Bahar 2012).
Semakin besar spasi elektroda, maka penembusan arus ke bawah permukaan akan semakin dalam, sehingga lapisan yang lebih dalam akan dapat diketahui sifat-sifat fisiknya. Variasi resistivitas batuan terhadap kedalaman jika dikorelasikan dengan pengetahuan geologi akan dapat ditarik kesimpulan lebih detail mengenai kondisi geologi bawah permukaan. Kisaran harga tahanan jenis dari berbagai jenis batuan tersaji dalam Tabel 8 (Winarti, 2011).
    Tabel 8. Kisaran Harga Tahanan Jenis dari Berbagai Jenis batuan.
Jenis Batuan/Bijih
Ρ (ohm-meter)
Granit Porifiri
4.5 x 103 (basah) – 1.3 x 105 (kering)
Diorit Porifiri
1.9 x 103 (basah) – 2.8 x 104 (kering)
Granit
4.4 x 103
1.8 x 106
1010
Andesit
1.7 x 102 (basah) – 4.5 x 104 (kering)
Tufa
2 x 103 (basah) – 105 (kering)
Batu Pasir
1 – 6.4 x 104
Batu Gamping
50 – 10
Lempung Basah Tidak Kompak
20
Batu Lempung
1 – 100
    Sumber: Winarti, 2011.
         Pada setiap konfigurasi pengukuran geolistrik akan mempunyai harga K (faktor geometri) yang berbeda-beda. Bila beda potensial dan arus yang dialirkan ke dalam tanah dapat diukur, maka resistivitas batuan dapat dihitung yaitu besaran yang berubah terhadap jarak spasi elektroda. Dengan mensubstitusi faktor K, maka resisitivitas (nilai tahanan jenis) batuan dapat  diperoleh dari persamaan hukum Ohm (Winarti, 2011).
2.5    Pengantar IPI2win
IPI2win adalah software yang digunakan mengolah data geolistrik dari satu atau lebih titik vertical electrical sounding (VES). IPI2win mengolah data geolistrik yang menggunakan induced polarization (IP) dengan berbagai macam konfigurasi misalnya Schlumberger, Wenner, dan lain-lain (Kurniawan, 2009).
Penggunaan IPI2win mencakup beberapa tahap. tahapan dalam penggunaan software IPI2win adalah input data, koreksi error data, penambahan data, dan pembuatan cross section. Input data dapat dilakukan dari data langsung lapangan (berupa data AB/2, V, I, dan K) atau data tidak langsung (data AB/2 dan ρ). Data olahan IPI2win berupa data resistivity layer, grafik log resistivity terhadap AB/2, resistivity cross section, serta pseudo cross section. Pseudo cross section yang merupakan tampakan nilai resistivitas semu yang diperoleh berdasarkan pengukuran di lapangan, dan bentuk resistivity cross section yang merupakan tampakan nilai resistivitas sebenarnya yang diperoleh dari inversi nilai resistivitas semu. Data hasil olahan dapat di export dalam berbagai macam pilihan data. Kelemahan IPI2win adalah software terdapat bug atau error kecil sehingga dalam tahapan pengolahan tertentu program harus di restart (mengeluarkan program kemudian menjalankan program kembali) (Kurniawan, 2009).
Penggunaan software sangat mudah yaitu dengan memasukkan data potensial dan arus kemudian melakukan inversi, selanjutnya akan diketahui nilai tahanan jenis, kedalaman, ketebalan serta jumlah lapisan. Setelah diketahui nilai tahanan jenis, kedalaman, ketebalan serta jumlah lapisan maka proses selanjutnya yaitu interpretasi (Kurniawan, 2009).
Perbandingan antara metode curve matching dengan program IPI2WIN yaitu pada metode curve matching, parameter ketebalan dan true resistivity dihitung satu persatu dari ujung awal kurva dengan memotong bagian kurva menjadi beberapa bagian. Umumnya hasil perhitungan secara manual memberikan hasil yang kurang optimal dan bila dilihat angka kesalahannya umumnya di atas 10%. Software IPI2win kemudian mengoreksi kombinasi nilai ketebalan dan true resistivity untuk mendapatkan angka kesalahan RMS error terkecil setelah terjadi sekian kali iterasi (Kurniawan, 2009).



III.           METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat
Pengambilan data geolistrik dilakukan pada hari sabtu, 9 April 2016 dan pengolahan data geolistrik dilakukan pada hari Kamis, 5 Mei 2016
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah geolistrik, patok, tali rafia, kabel, aki, palu, dan sepasang elektroda arus dan elektroda potensial untuk mendeteksi kandungan mineral dalam tanah.
Alat yang digunakan dalam praktikum pengolahan data geolistrik adalah PC dengan software IPI2win. Sedangkan bahan yang digunakann adalah data yang telah diperoleh dari pengambilan data geolistrik.
3.3    Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum pengukuran debit aliran adalah sebagai berikut:
3.3.1       Pengambilan Data Lapangan
1.       Menyiapkan alat dan bahan.
2.       Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu geolistrik, meteran, kabel rol, meteran, dan aki.
3.       Menyiapkan geolisrik, menyambungkan probe positif dan negatif untuk patok aluminium pada probe merah (+) dan hitam (-).
4.       Menancapkan patok kearah kanan sejauh 0,5 meter dari alat.
5.       Memasang probe N (-) dan M (+) untuk patok tembaga, lalu tancap patok kea rah kiri sejauh 0,5 m dari alat.
6.       Memasang kabel rol pada probe C1 dan ujung kabel yang lain disambungkan pada patok aluminium, kemudian patok ditancapkan sejauh 1 meter ke arah kiri dari patok pertama.
7.       Memasang ujung kabel rol pada probe C2 dan ujung kabel yang lain disambungkan pada patok tembaga, kemudian patok ditancapkan sejauh 1 meter kearah kanan dari patok pertama.
8.       Menyalakan alat dan melihat nilai pada layar V (tegangan), lalu kalibrasi alat hingga angka menunjukkan angka 0 (nol) kemudian tekan start, tunggu nilai tegangan konstan lalu tekan hold.
9.       Catat nilai pertama yang muncul pada layar I (arus) dan V (tegangan).
10.    Melakukan pengukuran hingga 20 kali pengukuran, dengan jarak 1 meter untuk setiap pengukuran.
3.3.2       Pengolahan Data dengan Software IPI2win
1.       Membuka software IPI2win.
Gambar 23. Membuka Software IPI2win
2.       Memasukkan data AB/2, Mn, dan R untuk kelompok 2 dengan perintah New VES Point.
Gambar 24. Pilihan New VES Point
3.       Memasukkan data yang telah diperoleh dan telah diolah di Microsoft Excel.
Gambar 25. Tampilan New VES Point
4.       Menyimpan file dengan tipe data *txt sebanyak 2 kali.
Gambar 26. Kotak Dialog dengan Perintah Menyimpan
5.       Membuat file baru dengan mengklik OK.
Gambar 27. Membuat Data Baru
6.       Tampilan grafik dan tabel setelah menyimpan file.
Gambar 28. Tampilan File  Baru
7.       Tampilan tingkat kesalahan pada hasil pengukuran, yaitu 13.2%.
Gambar 29. Tampilan Grafik dan Tabel
8.       Menurunkan nilai tingkat kesalahan dengan perintah  New model.
Gambar 30. Perintah New Model
9.       Menurunkan nilai tingkat kesalahan dengan perintah Inversion.
Gambar 31. Perintah Inversion
10.    Menyimpan data dengan perintah Save As dan close software IPI2win agar software tidak mengalami error.
Gambar 32. Proses Menyimpan Data
11.        Membuka kembali software IPI2win mengulangi langkah 2-10 untuk data kelompok 4.
12.        Menggabungkan hasil pengolahan data kelompok 2 dan kelompok 4 dengan perintah Add file.
Gambar 33. Kotak Dialog Open Data File
13.        Muncul kotak dialog Information. Pada Coordinate Table, kolom N adalah jumlah titik yang digabungkan, VES name adalah nama dari tiap titik yang dapat diganti dengan klik pada kolom VES_name, X adalah jarak antar titik yang digabungkan, Z adalah elevasi dari masingmasing VES.
Gambar 34. Kotak Dialog Information
14.       Hasil akhir metode Schlumberge.
 
Gambar 35. Pseudo Cross-section dan Resistivity Cross-section







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil
 
Gambar 36. Pseudo Cross-section
 
Gambar 37. Resistivity Cross-section
4.2.   Pembahasan
         Pengambilan data geolistrik dilakukan menggunakan alat geolistrik. Kedua elekktroda arus diinjeksikan ke dalam tanah kemudian melihat nilai tegangan yang terukur. Prinsip kerja alat ini adalah mengalirkan arus dar sumber DC kemudian diubah menjadi arus bolak-balik. Arus tersebut diinjeksikan melalui elektroda-elektroda arus kemudian menghasilkan data tegangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bahar (2012), bahwa prinsip kerja dari resistivity meter yaitu, arus dari sumber DC dimasukkan ke dalam bagian komutator, untuk diubah menjadi arus bolak-balik dengan frekuensi yang bisa diatur. Kemudian arus ini diinjeksikan ke dalam bumi melalui elektroda-elektroda arus. Tanggapan tegangan sebagai akibat dari injeksi arus, diukur melalui elektroda potensial oleh bagian potensiometer. Setelah memperoleh data arus dan tegangan, data tersebut akan diolah dengan menggunakan software IPI2win. Sebelum menggunakan data yang diperoleh oleh IPI2win, data terlebih dahulu diolah di Microsoft Excel untuk memperoleh nilah ab/2, V, dan r berdasarkan nilai arus dan tegangan yang sebelumnya diperoleh di lapangan.
Hasil pengolahan data di IPI2win terdiri dari pseudo cross section yang merupakan tampakan nilai resistivitas semu berdasarkan pengukuran dilapangan, dan bentuk resistivity cross section merupakan tampakan resistivitas sebenarnya yang diperoleh dari inversi nilai resistivitas semu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniawan (2012), bahwa pseudo cross section yang merupakan tampakan nilai resistivitas semu yang diperoleh berdasarkan pengukuran dilapangan, dan bentuk resistivity cross section yang merupakan tampakan nilai resistivitas sebenarnya yang diperoleh dari inversi nilai resistivitas semu.
Hasil pengolahan data geolistrik ditunjukkan oleh gambar 36 dan gambar 37. Gambar tersebut menunjukkan keragaman warna lapisan tanah yang berarti terdapat keragaman nilai tahanan setiap batuan berdasarkan jenis batuannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Winarti (2011), bahwa pada setiap konfigurasi pengukuran geolistrik akan mempunyai harga K (faktor geometri) yang berbeda-beda. Bila beda potensial dan arus yang dialirkan ke dalam tanah dapat diukur, maka resistivitas batuan dapat dihitung yaitu besaran yang berubah terhadap jarak spasi elektroda.


   V. PENUTUP
5.1.   Kesimpulan
         Berdasarkan hasil praktikum geolistrik, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.     Kandungan bahan dibawah permukaan bumi dapat diketahui dengan menggunakan geolistrik.
2.     Pengolahan data yang dilakukan dengan software IPI2win memperlihatkan kandungan bahan dibawah permukaan bumi dapat dilihat berdasarkan warnanya.
3.     Data yang diperoleh pada setiap titik berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan dibawah permukaan bumi tidak sama.
5.2.   Saran
Sebaiknya pengolahan data dengan software IPI2win menggunakan beberapa laptop secara bersamaan agar hasilnya dapat dibandingkan satu sama lain. Hal ini dilakukan karena terkadang hasil yang ditunjukkan tidak sama dengan hasil yang ditunjukkan oleh laptop lain meskipun datanya sama.








DAFTAR PUSTAKA
Azharudin, Idin., Imaddudin, Ikhsan., Wahid, Bebeh N. 2013. Rancang Bangun Alat Geolistrik Untuk Menentukan Jenis Bahan Di Bawah Permukaan. Bumi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati: Bandung.
Bahar, Hendra. 2012. Metode Geolistrik untuk Mengetahui Potensi Air Tanah di Daerah Beji Kabupaten Pasuruan. SNAST: Surabaya.
Halik, Gusfan., Widodo, Jojok S. 2008. Pendugaan Potensi Air Tanah Dengan Metode Geolistrik. Universitas Jember: Jember.
Hutagulung, R. 2015. Identifikasi Jenis Batuan menggunakan Metoe Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger dalam Perencanaan Pondasi Bangunan di Terminal Transit Desa Passo. Universitas Pattimura: Ambon.
Kurniawan, Alva. 2009. Tutorial Dasar IPI2 WIN. http://www.alvathea.wordpress.com. Diakses pada 10 Mei 2016, pukul 20.00 WITA.
Nadliroh, S. Ulien., Khumaedi., Supriyadi. 2013. Pemodelan Fisis Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Fosfat Dalam Batuan Gamping. Universitas Negeri Semarang: Semarang.
Setiawan, Ridwan. 2014. Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Wenner: UIN Sunan Gunung Jati: Bandung.
Wibowo, W. 2015. Makalah Pekerjaan Geolistrik. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.
Winarti. 2013. Metode Geolistrik untuk Mendeteksi Aquifer Air Tanah di Daerah Sulit Air (Studi Kasus di Kecamatan Takeran, Poncol, dan Parang, Kabupaten Magetang). STTNAS: Yogyakarta.


 
 

LAMPIRAN
A.      Tabel
       Tabel 9. Pengukuran Arus (I) dan Tegangan (V) Kelompok 2.
No
Arus, I (mA)
Tegangan Sebelum, V (mV)
Tegangan Sesudah, V (mV)
ab/2
V
R
1
12
71.1
26.6
6
48.85
4.07083
2
12
72.2
54.9
6
63.55
5.29583
3
16
72.9
66.9
8
69.9
4.36875
4
9
71.9
73.9
4.5
72.9
8.1
5
14
73.9
71.2
7
72.55
5.18214
6
30
73
74.3
15
73.65
2.455
7
42
73.9
73.6
21
73.75
1.75595
8
22
73.9
74
11
73.95
3.36136
9
33
73.2
73.5
16.5
73.35
2.22273
Sumber : Data primer sebelum diolah, 2016.
       Tabel 10. Pengukuran Arus (I) dan Tegangan (V) Kelompok 4.
No
Arus, I (mA)
Tegangan Sebelum, V (mV)
Tegangan Sesudah, V (mV)
ab/2
v
R
1
5
18.8
46.7
2.5
32.75
6.55
2
25
16.7
20.9
12.5
18.8
0.752
3
36
9.6
13.1
18
11.35
0.31528
4
27
18.9
21
13.5
19.95
0.73889
5
41
8.6
8.6
20.5
8.6
0.20976
6
58
16.7
16.7
29
16.7
0.28793
7
10
23
23
5
23
2.3
8
9
21.1
21
4.5
21.05
2.33889
9
25
19.1
19
12.5
19.05
0.762
Sumber : Data primer sebelum diolah, 2016.





Sering Dibaca

Origin Of Porosity and Permeabillity (Porositas dan permeabilitas batuan dasar dan persamaan dasar)

a)       A porous body is a solid that contains holes. b)      The holes maybe connected or disconnected, normally or random distribute, interstitial or planar cracklike features. c)       The degree of connectivity of the pores dictates the permeability of the rock, that is, the ease with which fluid can move throught the rock body. d)      Total porosity = Part of rock that is void space, express as percentage Total porosity (n) = Vv/Vr=Volume of void / Total volume e)      As the total volume is the sum of the void and solid volum, we can express the relationship in eq. bellow : Void ratio (e) = Vv/Vs = Void volume / Solid volume e = n/(1-n) or n = e/(1+ e) SO Porosity is a measure of how much of a rock is open space. This space can be between grains or within cracks or cavities of the rock. Permeability is a measure of the ease with which a fluid (water in

Potensi perangkap hidrokarbon pada Cekungan Timor bagian barat

Pulau Timor terbagi menjadi dua wilayah secara politis dimana Timor bagian Timur merupakan negara merdeka (Timor Leste) dan Timor Barat adalah wilayah Negara Republik Indonesia yang masuk dalam Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau ini terletak di zona tabrakan antara batas kontinental NW sebelumnya pasif Australia dan sistem subduksi busur pulau Banda (Gambar 1). Secara umum    litostratigrafi    di    Pulau Timor   dapat   dibagi   menjadi tiga sikuen   yaitu Sikuen     Kekneno,     Sikuen     Kolbano, dan Sikuen Viqueque. Umur dari ketiga sikuen ini berkisar     dari     Perem     hingga     Pleistosen. Menurut    Sawyer    dkk.(1993), litostratigrafi regional   Timorsecara   umum   disusun   oleh: batuan   dasar,   Sikuen   Kekneno yang   terdiri dari Formasi Maubise,     Formasi Atahoc, FormasiCribas, FormasiNiof, Formasi Aitutu, Formasi Babulu,      dan FormasiWailuli, sedangkan Sikuen Kolbano terdiri dari Formasi Oebaat, Formasi Nakfunu, Formasi Menu,   dan Formasi Ofu

PEDOMAN PRIORITAS PEMANFAATAN AIR TANAH (3PAT), SUDAHKAH DIDAERAH MU ?

   Apakah penggunaan air tanah di wilayah kita masing-masing baik desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan negara telah sesuai dengan prioritasnya ? Pengertian :    Pemakaian air tanah sendiri adalah kegiatan yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,pertanian rakyat dan kegiatan bukan usaha. Kegiatan bukan usaha itu sendiri antara lain, asrama, pesantren, rumah ibadah, kantor pemerintah. Pemanfaatan air tanah untuk irigasi juga dapat dikategorikan pada kegiatan bukan usaha jika produk pertanian tersebut sebatas untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Pedoman Prioritas Pemanfaatan Air Tanah (3PAT) : Dalam pemanfaatan air tanah kita harus memperhatikan urutan prioritas-nya sehingga dijadikan pedoman dalam pengambilan kebijakan. Berikut ini merupakan urutan 3PAT, yaitu : 1. Penggunaan air tanah untuk air minum 2. Penggunaan air tanah untuk rumah tangga 3.Penggunaan air tanah untuk pertanian dan peternakan sederhana 4. Penggunaan air tanah untuk Irigasi 5

Apa itu Skala Waktu Geologi ?

Untuk memahami apa itu skala waktu Geologi, maka simaklah tulisan ini sampai selesai. Mari kita mulai, Bumi itu secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat tetap atau permanen. Bebatuan diatas permukaan bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk mempelajari bumi maka dimensi "waktu" menjadi sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi sama pentingnya untuk dipelajari. Jika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad. Berbeda dengan berbicara tentang sejarah bumi, maka ukuran waktu yang kita gunakan atau yang dihitung dalam jutaan tahun atau miliaran tahun.  Dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari yang namanya waktu. Catatan waktu biasanya diatur dan disimpan dalam suatu penanggalan (Kalender) yang pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi dialam semesta. Seka

Tomografi Geofisika dan pemanfaatanya (Rencana Pondasi bendungan, Pondasi Turbin PLTA, Pondasi pekerjaan-pekerjaan besar)

  Tomografi Geofisika Dalam geofisika kita mengenal istilah Tomografi. Tomografi geofisika merupakan sebuah cara atau metode untuk mencitrakan penampang tertentu dalam metode-metode geofisika. Tomografi ini akan berguna dalam menganalisis struktur atau litologi bawah permukaan bumi dengan metode-metode geofisika. Prinsip dasarnya adalah dengan mengiris/memotong kedalaman secara vertical (sumbu Z) pada AOI (area of interest) sehingga memudahkan kita dalam menginterpretasi keadaan bawah permukaan AOI tersebut. Pemanfaatan Tomografi Geofisika Salah satu pemanfaatan tomografi geofisika menggunakan metode geolistrik untuk mengidentifikasi litologi sehingga dapat melengkapi data-data bor dan penyelidikan geologi pada bidang geoteknik. Penyelidikan geoteknik ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan besar seperti pembangunan bendungan, jembatan, jalan hingga bendungan bertingkat. Oleh karena itu dibutuhkan metode tomografi geofisika dengan menggunakan metode geolistrik yang mampu

JURNAL : PEMETAAN KEMIRINGAN LERENG MENGGUNAKAN PENGINDRAAN JAUH DENGAN CITRA DEM SEBAGAI LANDASAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KOBALIMA.

 

Structural geology introduction (Pengantar Geologi Struktur)

FOLD (DUCTILE) FAULT (BRITTLE)  Structural geology is the study of how rocks deform and the processes of deformation. Deformation is the change in shape, position and/or volume of an object in response to applied forces Geologi struktur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana batuan terdeformasi dan proses daripada deformasi tersebut.  Deformasi merupakan perubahan daripada bentuk, posisi dan/ataur volume daripada sebuah object seperti hal ini batuan sebagai respon pada gaya yang diterimanya. Deformation is caused by forces acting on the rock body. These forces maybe due to gravity (vertical force) or the movement of the tectonic plates (horizontal forces).  Deformasi disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada tubuh batuan. Gaya-gaya ini mungkin disebabkan oleh gravitasi (gaya vertikal) atau pergerakan lempeng tektonik (gaya horizontal).  The effect of these forces on a rock depends on the area over which they are applied: force/area=stress. Therefore, at its simplest, stress causes

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

  Emanuel Grace Manek Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami. Terjadinya banjir, tanah longsor, erosi sedimentasi dan kekeringan yang dapat mengakibatkan terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat merupakan ciri terjadinya penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). Didalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, kita   lihat bahwa sebagian kewenangan pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dalam rangka mendukung terselenggaranya pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Pengelolaan DAS sendiri merupakan upaya manusia didalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta m

Luas dan Batas wilayah administratif Kabupaten Malaka - NTT

Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten dari 22 kabupaten/kota di Provinsi NTT, yang dimekarkan dari Kabupaten Belu pada tanggal 11 Januari 2013 sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Malaka di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan terletak di daratan Timor. Posisi geografis Kabupaten Malaka di daratan Timor, Provinsi NTT adalah di bagian paling timur dan Secara geopolitik, memiliki posisi strategis karena berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Kabupaten Malaka berbatasan darat atau langsung dengan Negara Timor Leste dan berbatasan laut dengan Negara Australia.   Adapun batas-batas wilayah administratif kabupaten ini adalah sebagai berikut : Selatan : berbatasan dengan Laut Timor, Utara : berbatasan dengan wilayah kabupaten Belu, Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten TTU dan TTS Timur : berbatasan dengan wilayah Negara Timor Laste. Secara administratif, Kabupaten Malaka yang memiliki luas wilayah mencapai